Cara Menjadi Pendengar Yang Baik
Halo. Selamat datang kembali pada artikel di blog ini. Kali ini aku ingin berbagi cerita tentang caraku belajar dan mencoba menjadi pendengar yang baik bagi keluh kesah seseorang yang menceritakan masalahnya padaku.
Introduction
Disclaimer:
Tulisan ini didasarkan pada pengalaman penulis dalam menyikapi masalah seperti ini.
Photo by Harli Marten on Unsplash |
Aku yakin pernah ada momen ketika kita sedang asyik mengobrol dengan teman ataupun seseorang yang yang kita sukai (baca: doi) adakalanya diantara obrolan yang ringan itu terselip curahan hati baik itu masalah pendidikan asmara, ataupun hubungan antar teman yang renggang. Bagaimana sebaiknya kita dalam menghadapi momen seperti ini?
Bertanya Terlebih Dahulu
Bagiku, ketika seseorang akan bercerita terkait masalahnya, aku selalu bertanya kepada orang tersebut bagaimana cara dia ingin kudengarkan. Hal ini penting karena akan mempengaruhi bagaimana caraku mendengarkan cerita yang disampaikannya. Setidaknya ada dua jenis orang yang kutemui etika mereka ingin menceritakan masalah mereka.
Ada orang yang ingin ketika dia bercerita dia hanya ingin didengarkan saja. Dalam kasus ini, ketika kita memang hanya ingin didengarkan saja, kita bisa fokus lebih terhadap apa yang dibicarakannya. Dengan fokus ini kita bisa merasa lebih bersimpati terhadap permasalahan yang dialami oleh teman kita.
Jika kebetulan teman kita curhat pada saat kita memang bertatap muka, usahakan kita tidak melihat ke mana-mana. Fokuskan segala indra kita pada teman kita. Lihat sorot matanya, dengarkan dengan baik apa yang dibicarakannya, dan jangan lupa sesekali memvalidasi apa yang diobrolkannya. Ini akan membuat teman kita menjadi lebih nyaman dan rileks karena kita memberikannya perhatian penuh.
Orang seperti ini, biasanya ketika mereka curhat tujuan yang ingin mereka capai adalah mereka ingin merasa plong. Ini karena terkadang bercerita kepada orang lain membuat seolah beban permasalahan yang dialami oleh orang tersebut terasa seperti terbagi antara orang yang kita dengarkan curhat nya dengan kita selaku pendengar.
Menurutku, dalam menghadapi orang seperti ini lebih ringan dalam artian tujuan kita ya hanya satu menjadi pendengar yang baik. Tantangan atau hambatan yang mungkin timbul saat mendengarkan orang seperti ini adalah adanya distraksi.
Distraksi di sini dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Distraksi langsung
Distraksi langsung merupakan distraksi yang terjadi saat kita bertemu dengan teman kita di tempat yang cukup ramai misal di mall atau cafe. Suara bising dari obrolan orang lain dan juga musik dapat menjadi distraksi ketika mendengarkan teman kita yang sedang curhat.
Distraksi tidak langsung
Distraksi secara tidak langsung berupa distraksi yang terjadi saat kita menerima curhatan secara daring. Kendala yang paling mungkin terjadi adalah sinyal antara kedua belah pihak tidak bagus. Distraksi yang umumnya terjadi contohnya seperti “Eh tadi kamu bilang apa? Ini sinyal di aku kurang baik”.
Distraksi langsung maupun tidak langsung ini merupakan elemen yang tidak bisa kita kendalikan. Kita tidak mungkin menyuruh orang lain untuk menurunkan volume bicaranya atau kita juga tidak bisa menjamin sinyal kita tetap bagus. Yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi pada keadaan tersebut. Misal, ketika sedang di cafe mungkin kita bisa pindah tempat duduk dari yang saling berhadapan menjadi di samping teman kita. Jika sedang daring misal saat sedang telpon via WA, kita bisa bilang bahwa sinyalnya sedang tidak baik dan jika tidak keberatan kita bisa minta tolong pada teman kita untuk menceritakan masalahnya lewat VN.
Di sisi lain, ada orang yang ketika dia menceritakan masalahnya, teman kita juga menginginkan kita memberikan solusi atau pandangan terkait masalah yang dialaminya. Dalam mendengarkan orang yang seperti ini, kita harus memberikan perhatian yang lebih dibandingkan dengan orang yang hanya didengarkan saja.
Perhatian lebih di sini berarti kita harus mendengarkan dengan secara seksama masalah apa yang ingin teman kita sampaikan sambil kita pun pada saat yang bersamaan memikirkan kira-kira solusi apa yang terbaik bagi teman kita. Selain itu, kita juga harus memikirkan bahasa yang baik ketika ditanya pandangan kita terhadap masalah yang dia alami. Jangan sampai kita terlalu memberikan pandangan dengan bahasa yang kasar atau bahasa yang tidak mengenakan.
Jangan Membandingkan Masalah
Dalam mendengarkan curhatan atau masalah yang disampaikan oleh teman kita, sebaiknya permasalahan tersebut jangan dibanding-bandingkan masalahnya dengan masalah yang kebetulan pernah kita alami. Ingat, disini kita ingin belajar mendengarkan bukan saling adu nasib dengan teman kita.
Membandingkan antara masalah kita dengan teman kita merupakan salah satu momen paling memuakkan. Hal ini dikarenakan daya tahan seseorang antara satu dengan yang lainnya dalam menghadapi masalah yang sama tentunya akan bermuda dan dipengaruhi oleh banyak hal baik itu dari pola didikannya sejak kecil ataupun lingkungan sekitar yang tidak mendukung. Jangan sampai ketika kita mendengarkan masalah seseorang kemudian kita keceplosan bilang:
“Ah, kamu mah enak. Dulu zaman aku kena masalah itu aku .…”
Secara personal jika aku berada sebagai orang yang sedang curhat dan orang yang kupercaya mendengarkan ceritaku berkata seperti kalimat di atas, bagiku itu adalah tanda reds flag. Aku sudah tidak mempercayainya lagi untuk mendengarkan masalahku. Dari pengalaman inilah makanya aku berpikir bahwa sebaiknya kita ketika mendengarkan orang lain jangan sampai kalimat ini terdengar oleh teman kita.
Rahasiakan Ceritanya
Aku ingat dulu ketika masih SMP aku pernah menjadi orang dikatakan sebagai ember bocor. Ini dikarenakan dulu aku memang orang yang seenaknya menceritakan cerita temanku. Cerita yang kumaksud contohnya misal temanku si A cerita bahwa dia suka ke si B dan aku dengan bodohnya menceritakan hal itu ke si B. tentu saja sejak saat itu ketika temanku si A ini tiap bercerita dia menjadi was-was dan mungkin tidak akan terbuka lagi padaku.
Dari situlah aku belajar bahwa memang tidak baik menceritakan masalah seseorang tanpa persetujuan orang tersebut. Kenapa aku bilang persetujuan? Karena memang ada yang sempat kutanyakan pada teman yang pernah cerita padaku apakah aku boleh menceritakan kembali masalahnya kepada orang yang memiliki masalah yang sama. Tentunya aku tidak akan menceritakan juga cerita ini bersumber dari siapa. Dan temanku membolehkannya. Ingat, kita dapat belajar dari kesalahan orang lain dalam menghadapi suatu permasalahan tertentu.
Kesimpulan
Itulah beberapa cara tentang mendengarkan cerita orang lain. Intinya sebelum teman kita bercerita panjang lebar pastikan terlebih dahulu dia ingin didengarkan saja atau berharap kita memberikan pandangan terkait masalahnya. Kemudian, ketika mendengarkan curhatannya jangan sampai kita membanding-bandingkan masalah yang dia hadapi dengan masalah kita. Terakhir, ketika teman kita selesai curhat, simpan baik-baik cerita teman kita. Jangan sampai cerita teman kita itu bisa tersebar.
Komentar
Posting Komentar